Peran Aqidah didalam Memfilter Datangnya Informasi bagi Generasi Muda

Bismillahirrahmanirrahim

Ustadz Samsuri,S.PdI

Ditengah perkembangan teknologi informasi yang semakin hari semakain dirasakan sulit untuk dikendalikan, maka diperlukan kejelian dan ketelitian orang tua, guru, keluarga didalam membekali aqidah terhadap anak, hal ini sangat krusial terhadap perkembangan karakter seorang anak untuk masa yang akan datang. Kebebasan untuk mengakses informasi oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun disatu sisi dapat mempercepat transformasi ilmu pengetahuan,  teknologi dan lain sebagainya, akan tetapi disisi yang lain haltersebut bisa menjadi boomerang bagi karakter anak. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari fakta yang berseliweran disekitar kita. Sebagai salah satu contoh diantaranya di era sekarang ini banyak ditemukan anak usia sekolah entah apa yang ditanamkan orang tuanya sehingga anak ini bisa betah didepan game online berjam-jam tanpa merasa lapar, tanpa beranjak dari tempat duduknya. Dari hal ini jelas pasti ada yang salah dari manajemen waktu si anak ini.

Kalau kita kaitkan dengan era 80an, pada masa itu permainan anak masih bersifat manual, misalnya permainan petak umpet, lompat tali, berenang, dakon, bola bekel, kasti dan lain sebagainya jika diamati dari sisi kesehatan, permainan di era 80an tersebut sangat mengasah keterampilan, gerak otot dan kecerdasan otak si anak. Karena berbagai macam permainan tersebut menuntut anak untuk bergerak, berfikir dan mengambil tindakan. Hal ini pasti akan berakibat semakin cerdasnya anak, sehatnya fisik anak dan kuatnya daya pikir anak. Akan tetapi di masa pesatnya perkembangan tekn ology informasi sekarang ini, permainan anak cukup diwakili dengan duduk diatas kursi, didepan layar game online dan tangan aktif dengan stick game. Jika kita bandingkan kedua jenis permainan beda era tersebut ada beberapa hal yang hilang dari permainan anak dijaman sekarang. Berikut table perbandingan antara permainan anak era 80an dengan era revolusi industri sekarang ini.

Era 80anEra revolusi industri
Jenis permainanAktivitas pada anakJenis permainanAktivitas pada anak
petak umpet lompat tali berenang dakon bola bekel Bola kastiOtot, panca indra, daya fikir, ketangkasan, semua menuntut bergerak, sehingga kesehtan tubuh terjaga, orang lain bisa mengontrol baik jarak dekat ataupun jarak jauhGame onlineFisik yang bergerak hanya jari tanyan, mata hanya focus pada layar monitor, otak bekerja dan berfikir monoton

Jelas terlihat adanya sesuatu yang sangat perlu perhatian orang tua, keluarga, guru dan masyrakat secara umum. Jika kondisi anak dilepaskan bebas tanpa adanya arahan, bimbingan dan kepedulian dari pihak-pihak terdekat maka akan menjadi fatal untuk masa sekarang dan yang akan datang.

Dari narasi diatas terasa sangat diperlukan sesuatu yang bisa menjadi pengendali secara melekat pada diri seorang anak, yang mana harapannya pengendali melekat tersebut bisa berfungsi otomatis. Maksudnya ketika anak dihadapkan pada suatu tayangan yang dia belum pernah mengenal tayangan tersebut sebelumnya, anak bisa mempertimbangkan apakah tayangan yang dia jumpai tersebut jika dia ikuti akan mengarah kepada kebaikan ataukah justru akan menjerumuskan kepada keburukan, kerugian, atau kesia-siaan.

Kiranya sangat berat ujian anak muda sekarang ini untuk menghadapi itu semua jika hanya sendirian. Terus bagaimanakah strategi yang paling efektif agar generasi penerus kita selamat dari derasnya ujian teknologi tersebut ?

Sejauh pengamatan yang penulis alami, rasakan dan cermati selama 12 tahun terajkhir ini, berikut tips yang mungkin perlu pembaca terapkan agar anak-anak bangsa ini memiliki daya filter yang efektif terhadap perkembangan teknoilogi informasi saat ini:

  1. Orang tua atau keluaraga secara umum

Usahakan sejak anak masa paud jangan sampai terbiasa untuk selalu dipenuhi apa yang dia inginkan, orang tua hendaknya sangat mempertimbangkan  baik atau buruk jika keinginan anak dipenuhi, orang tua harus mempertimbangkan manfaat terhdap kepribadian anak. Contoh jika anak meminta memegang gaget di usia dibawah 5 tahun usahakan jangan pernah diberi, hal ini beralasan :

  1. Anak tidak akan pernah mengerti apa yang dia lihat dari hp tersebut
  2. Anak belum bisa mempertimbangkan apapun dari apa yang ditanyangkan oleh hp tersebut.
  3. Anak tahunya hanya suara dan apa yang dia lihat saja dan tidak tahu akibat dari itu semua.
  4. Apa yang anak lihat diusia itu akan sangat membekas pada memori anak dan akan membentuk karakter anak dimasa yang akan datang
  • Guru

Komponen yang paling berperan terhadap perkembangan anak setelah orang tua dan keluarga adalah guru, maka apa yang diajarkan seorang guru kepada muridnya adalah system yang terencana dan terukur yang akan menjadi panduan anak untuk masa yang akan datang.

  • Teman bermain

setelah guru yang paling menentukan terhadap karakter seseorang adalah orang lain yang sering berada didekat anak, lambat atau cepat apa yang ada disekitar anak tersebut akan membentuk karakter.

Ditengah derasnya arus informasi pada saat ini, kiranya akan sangat riskan jika anak kita beri akses informasi seluas-luasnya namun kita belum membekali filter melekat kepada anak. Sedangkan informasi yang datang sangat tajam dan sangat minim sensor oleh pihak mengirim informasi.

Karena secara prinsip para pengirim informasi tersebut rata-rata berorientasi kepada komersial, bukan beroprientasi kepada perkembangan ilmu pengetahuan semata. Dari sini jelas dapat kita rasakan efek langsung dari derasnya informasi tersebut.

Banyak sekali contoh yang dapat kita lihat pada media social baik cetak maupun elektronik. Misalnya banyak ditemukannya para pelaku kriminalitas yang masih berada pada pada usia dibawah 20 tahun atau usia sekolah. Meskipun ini masih memerlukan penelitian lebih mendalam namun kalau kita rasakan hampir dapat dipastikan ada peran derasnya informasi yang kurang dicerna namun diterima secara mentah dan langsung direspon. Seolah-olah merupakan fast respon padahal merupakan bentuk blunder dari tidak adanya filterisasi informasi pada diri anak.

Kendali total terletak pada aqidah yang ditanamkan orang tua kepada anaknya. Ketika orang tua menyerahkan segala pilihan kepada anak untuk menentukan langkahnya, maka itu akan menjadi titik awal terjadinya perang antara karakter kebaikan atau fitroh asasi yang sudah ada pada anak dengan sesuatu yang bersifat baru yang datang silih berganti. Padahal usia anak sampai remaja ini adalah usia dimana anak sangat perlu bimbingan dan arahan orang yang lebih berpengalaman didalam menghadapi jalannya kehidupan.

Akibat kegagalan menanamkan aqidah terhadap anak akan menjadikan anak ibarat berjalan dikegelapan tanpa membawa penerang sama sekali, sehingga sangat mungkin anak akan menjadikan setiap cahaya yang dia jumpai untuk diikuti dan dijadikan penunjuk jalannya didalam mengarungi kehidupan ini. Misalkan kalau ternyata cahaya yang lewat didepan anak tersebut adalah cahaya kunang-kunang yang bebas terbang kemanapun itu diikuti oleh anak yang berjalan melalui tanah yang tidak rata. Maka petakalah yang akan dijumpai oleh anak tersebut. Oleh karenanya melalui tulisan ini penulis mengajak kepada pembaca agar bisa mengarahkan orang-orang yang ada disekitarnya agar tidak salah mengambil cahaya sebagai panduan hidupnya.