UPGRADE LITERASI NAIKKAN LEVEL PRESTASI
Ada yang menarik dari kegiatan pembiasaan jum’at di SMK “Al-Islam” Surakarta pagi ini. 02 Agustus 2024. Jika dalam tahun tahun sebelumnya jum’at identik dengan kegiatan jum’at fisik, maka diawal tahun ajaran 2024/2025 ini waka kesiswaan bekerja sama dengan waka kurikulum mengagendakan kegiatan jum’at olah pikir yakni kegiatan jum’at literasi. Yup…jum’at literasi adalah pembiasaan baik untuk semua warga sekolah dimana pada kegiatan ini seluruh siswa diwajibkan untuk meluangkan waktu membaca apapun buku yang ada di perpustakaan sekolah. Kemudian setelahnya siswa ditunjuk secara acak agar menceritakan isi buku yang sudah dibacanya di share kepada teman teman sekelasnya. Kegiatan ini dilaksanakan selain untuk meningkatkan minat baca anak juga untuk melatih siswa agar secara mandiri mampu mengeksplorasi kemampuan literasinya agar semakin tajam, kritis, serta mampu menuangkan gagasan yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk lisan atau tulisan yang nantinya disampaikan kepada teman teman sekelasnya.
Menurut laporan studi dari beberapa riset yang dilakukan oleh Program Internasinal Student Assesment (PISA) di tahun lalu (tahun 2023) rata rata skor kemampuan literasi anak usia sekolah di indonesia masih tergolong dalam level yang di bawah rata rata negara Asean lainnya. Skor yang didapatkan adalah di angka 300 an dimana kalau untuk masuk ke dalam kategori yang baik, skor PISA harusnya di atas angka 400 an. Meski pada kenyataanyaanya masih ada juga negara tetangga level ASEAN yang juga buruk skor literasinya, akan tetapi dalam hal pemecahan masalah dan penuangan ide hasil literasi anak anak negara tetangga masih lebih bagus dibading anak anak Indonesia. Dari hasil riset itu, ditemukan peningkatan memang dalam posisi PISA pada bab literasi dan numerasi untuk anak anak Indonesia jika dibandingkan dengan skor riset sama di tahun 2018, namun jika dikomparasikan dengan anak seusia di negara tetangga, anak anak kita masih perlu di asah kemampuannya.
Sadar akan hal itu, maka tidak ayal jika pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional juga menggalakkan gerakan literasi sekolah agar mampu mengangkat secara signifikan kemampuan olah pikir yang berhubungan dengan tulisan ini. Karena bagaimanapun kemampuan literasi menjadi salah satu skill yang mampu mengarahkan individu untuk mengantarkan ke jalan keberhasilan. Dalam artikel National Institute For Literacy mengungkapkan bahwa kemampuan literasi diartikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Ketika individu dinilai mempunyai level literasi yang cukup tinggi, maka implikasinya adalah ketika sudah berbaur dan bersosialisasi dengan makhluk lain entah dilingkungan apapun, mereka dapat beradaptasi terhadap problem, tekanan atau tuntutan sosial karena mampu memberi respon terhadap problem itu karena kemampuan literasi yang dimiliknya. Dengan kata lain, literasi dan numerasi adalah skill wajib yang harus dipunyai oleh individu agar mampu menaklukkan dan menuntun jalan kehidupanya nanti.
Pentingnya peningkatan pendidikan di Indonesia kini menjadi isu yang semakin mendesak. Nisa Felicia, Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), berpendapat bahwa keinginan seseorang untuk belajar sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kemampuan dan kemauan. “Anak-anak 15 tahun dinilai kemampuan literasi, numerasi, literasi science, dan beberapa kemampuan lain. Belajar di luar sekolah atau setelah lulus, maka kita bicara tentang dua konsep. Satu, self regulated learning dan keduanya, lifelong learning,” ucapnya saat sesi Ngobrol Publik #2 “Belajar Tak Hanya di Sekolah“.
Nisa juga membahas tentang Program for International Student Assessment (PISA), yang merupakan tes internasional yang diikuti oleh siswa berusia 15 tahun dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Tes ini menilai kemampuan siswa dalam membaca, matematika, dan sains, dan hasilnya sering digunakan untuk membandingkan kualitas pendidikan antar negara. Nisa mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes PISA, masih ada sekitar 70 persen siswa Indonesia yang memiliki tingkat literasi di bawah standar minimum yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi secara efektif, yang bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar secara mandiri. “Literasi itu berbicara tentang kemampuan dan kemauan. Karena keduanya itu rendah, anak-anak cenderung melihat ‘Ah aku gak pinter matematika, ngapain aku belajar matematika?’ Akhirnya mereka gak melatih kecerdasan itu padahal kecerdasan bisa dilatih,” jelas Nisa.
Dalam penjelasannya, Nisa memberi penekanan pada konsep ‘growth mindset‘, atau pola pikir pertumbuhan. Konsep ini, yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Carol Dweck, merujuk pada keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan bisa berkembang dan ditingkatkan melalui usaha dan belajar, bukan hanya merupakan bakat atau sesuatu yang ditentukan sejak lahir. Sayangnya, menurut Nisa, kurang dari 30 persen anak Indonesia memahami konsep ini. Banyak anak yang masih percaya bahwa kecerdasan adalah bakat, dan bahwa kemampuan mereka sudah ditentukan sejak lahir. Pandangan ini bisa menghambat motivasi mereka untuk belajar dan berkembang, karena mereka mungkin merasa bahwa tidak ada gunanya berusaha jika mereka merasa tidak ‘pintar’.
“Guru-guru yang galak itu sebenarnya sedang mengasah growth mindset kita untuk percaya bahwa kita bisa. Namun, kurang dari 30 persen yang percaya bahwa kecerdasan bisa dikembangkan,” kata Nisa. Menurut hasil tes PISA, anak-anak Indonesia cenderung memiliki ‘self-efficacy‘ yang rendah dibandingkan dengan anak-anak dari 61 negara lain yang ikut serta dalam tes tersebut. ‘Self-efficacy‘ adalah keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk mencapai hasil tertentu atau melakukan tugas tertentu. Dalam konteks ini, anak-anak Indonesia tampak kurang percaya bahwa mereka dapat berkontribusi terhadap perubahan. “Pertanyaannya adalah bagaimana sekolah bisa menyiapkan fasilitas untuk anak-anak mau belajar di luar sekolah, karena dorongan belajar di luar sekolah membawa impact yang besar untuk pendidikan anak,” ucap Nisa
Oleh karenanya, dengan kegiatan jum’at literasi ini, SMK “Al-Islam” Surakarta berharap semoga ke depan siswa mampu mengembangkan lagi kemampuan literasi numerasinya agar mampu menuntun ke jalan suksesnya masing masing. Dan juga harapannya ialah anak anak mempunyai nilai self efficacy yang cukup sehingga ke depannya mereka akan mampu dan bangga mengatakan kalau sebenarnya mereka “mampu dan bisa” berkontribusi dalam perubahan yang terjadi dalam kehidupan.
SALAM LITERASI
02 Augustus 2024
Tim media SMK “Al-Islam” Surakarta